tentang-pernikahan.com
- Assalamu'alaikum…apa kabar buat calon suamiku. Semoga Allah sentiasa
merahmati dan memberkati dirimu yang tidak pernah kutemui, namun doaku
tidak pernah putus mengiringi setiap langkahmu demi meraih keridhaanNya
Rasulullah SAW pernah bersabda: "Seindah perhiasan dunia adalah wanita yang solehah,"
Alhamdulillah, itulah anjuran Islam melalui Rasulullah SAW yang kita
cintai. Pilihlah wanita yang mampu menyejukkan pandanganmu dan juga
rumah tangga muslim yang bakal dibina saat menikah nanti.
Wahai calon suamiku,
"Dinikahi seorang wanita karena empat perkara, karena hartanya,
keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah agamannya, maka
beruntunglah kedua tanganmu".
Itulah sebuah pijakan utama buatmu memilih calon isteri. Sebuah pijakan
utama itu telah menjadi hafalanku sejak aku beranjak dewasa (baca;
baligh).
Wahai calon suamiku,
Jika harta yang engkau idamkan, maka ketahuilah diriku bukanlah orang
yang berada. Tiada harta yang dapat kupersembahkan dalam ijab-kabul kita
nanti. Tiada harta sebagai jaminan bahwa engkau akan menikmati sedikit
kesenangan apabila ijab-kabul telah dilafazkan.
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir". (QS Ar Ruum: 21)
Jika keturunan yang engkau dambakan, ketahuilah bahwa aku hanyalah
manusia biasa dari keluarga yang biasa pula. Namun apa yang pasti. Aku
adalah keturunan yang mulia, ayahanda adalah Nabi Adam as dan bunda Siti
Hawa as, sama seperti mu.
"…Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. Jika Allah menolong kamu, Maka
tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu
(tidak memberi pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong
kamu (selain) dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah
saja orang-orang mukmin bertawakkal. (QS. Ali Imran: 159-160)
Kecantikan, itulah pandangan pertama setiap insan. Malah aku meyakini
bahwa engkau juga tidak terlepas seperti manusia yang lainnya.
Ketahuilah wahai calon suamiku, jika kecantikan itu yang engkau inginkan
dari diriku, maka engkau telah salah langkah.
Tiada kecantikan yang terlihat orang lain yang dapat kupertontonkan
padamu. Telah aku hijabkan (baca; jilbab) kecantikan diriku ini dengan
amalan ketaatan kepada tuntutan agama yang kucintai. Engkau hanya akan
sia-sia jika hanya menginginkan kecantikan lahiriah semata.
Dan aku tidak dapat menjanjikan, bahwa aku mampu membahagiakan
rumahtangga kita nantinya, karena aku memerlukan engkau untuk bersamaku
untuk menegakkan dakwah islam ini, dan aku merelakan diri ini menjadi
penolongmu untuk membangunkan sebuah markaz dakwah dan tarbiyah
islamiyah ke arah jihad hambaNya kepada Penciptanya yang agung, Allahu
Rabbi.
Mencari ilmu agama secara bersama, marilah kita jadikan pernikahan ini
sebagai risalah demi meneruskan perjuangan Islam. Aku masih kekurangan
ilmu agama, tetapi berbekal ilmu agama yang ada ini, aku ingin menjadi
isteri yang sentiasa mendapat keridhaan dari Allah dan suamiku.
Hal itu tak lain untuk memudahkan aku membentuk rumah tangga muslim
antara aku, engkau dan anak-anak kita nantinya untuk dibina dan
diberikan pendidikan dengan ketaatan kepada Allah SWT. Aku pun hanya
akan bercita-cita untuk bisa bergelar pendamping solehah bagi sang
suami, seperti yang dijanjikan Rasulullah SAW.
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu". (QS An Nisa: 1)
Calon Suamiku yang dirahmati Allah
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka". (QS. An Nisaa: 34.)
Aku yakin bahawa engkau adalah pemimpin untuk diriku dan anak-anakku
sebagai pewaris dakwah Islam. Maka, jadikanlah pernikahan ini nantinya
sebagai asas pembangunan iman, bukannya untuk memuaskan bisikan syaitan
yang menjadikan ikatan pernikahan sebagai hawa nafsu semata.
Semoga diriku dan dirimu sentiasa didampingi rahmat dan keridhaanNya.
Lakukanlah tanggungjawabmu itu dengan nilai kesabaran, dan ketabahan.
Semoga kita akan menjadi salah satu daripada jamaah menuju ke syurga,
insya Allah.
Ketahuilah wahai calon suamiku, bahwa aku tidak pernah mendambakan mas
khawin yang hanya akan menyebabkan hatiku buta dalam menilai arti kita
dipertemukan Allah atas dasar agama.
Cukuplah seandainya, maharku adalah sebuah qalam mulia, Al-Quran, karena
aku meyakini qalam itu mampu memimpin rumahtangga kita untuk meraih
keridhaanNya bukan kekayaan dunia yang bersifat hanya sementara.
Bantulah aku dalam memperjuangkan dakwah Allah ini melalui pernikahan,
karena ia adalah tempat untuk aku menyempurnakan separuh daripada
agamaku, insyaAllah. Akhlakmu yang terdidik indah oleh ibu bapa dan
orang sekelilingmu, itulah yang aku harapkan daripada harta duniawi yang
ingin kau sediakan untukku.
Kutitipkan sebagian dari pengetahuanku melalui buku "Jalan Dakwah" karya
Syaikh Mustafa Masyhur, yang tidak lagi berwujud keborosan dan
kebakhilan karena semuanya berada di dalam sikap qana'ah (berpuas hati
dengan apa yang ada), ridha dan yakin.
Wahai calon suamiku,
Lihatlah rumahtangga Rasulullah SAW, terkadang sebulan pernah dapurnya
tidak berasap karena tidak ada bahan makanan yang dapat dimasak. Namun,
walau begitu susahnya, rumahtangga Rasulullah SAW tetap menjadi
rumahtangga yang paling bahagia, yang tidak ada bandingnya hingga hari
ini.
Terlalu panjang rasanya aku mencoretkan surat ini. Cukup dahulu aku buat
surat ini, andai diizinkan aku akan kembali menitipkankan lagi kiriman
bertintakan hati ini. Akhirnya, saya mohon maaf, biarlah rindu ini
ditumpahkan dalam tinta daripada jemu tatkala kita disatukan.
Wassalam
|