tentang-pernikahan.com
- Tanya: Assalamu'alaikum Wr Wb. Mbak Ade, saya ingin ceritain hal saya
pada mbak, mudah-mudahan uneg-uneg saya ini bisa dimuat dan saya bisa
dapat apa yang saya inginkan. Saya seorang pria berumur 25 tahun dan
sudah berkeinginan untuk menikah. Sebelumnya saya pernah 2 kali pacaran
dan dalam masa tersebut pernah melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan
dalam Islam walaupun perbuatan yang saya lakukan itu tidak terlalu
kelewat batas. Saya berusaha untuk tidak pacaran lagi. Dan ingin menikah
saja.
Saya sangat ingin mempunyai seorang istri yang Shaleha, taat dalam
agama, dan bisa mendidik anak-anak, agar tidak menjadi seperti saya
nantinya. Mbak, saya akui iman saya sangat lemah, mudah tergoda, tidak
seperti mereka yang Shaleha, benar-benar meneguhkan hati mereka pada
Allah SWT. Saya malu mendekati mereka, tetapi saya sangat ingin
mempunyai seorang istri yang seperti mereka.
Pernah saya coba, hanya untuk berbicara saja sangat susah apalagi untuk
bertanya lebih lanjut. Terkadang mereka menghindari diri dari saya dan
saya memahami situasi mereka. Tapi kalau terus menerus begini kapan
dapat ujungnya. Bahkan saya hampir berputus asa, Mbak, tolong saya,
bagaimana saya bisa mendapatkan salah seorang dari mereka yang Shaleha.
Apakah seorang wanita yang seperti Fathimah harus mendapatkan suami yang
seperti Sayyidina ‘Ali?
Itu saja Mbak, sebelumnya makasih banyak buat Mbak.
Jawab:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Betul sekali ungkapan yang akhi utarakan bahwa seorang wanita yang
sholehah, insya Allah akan mendapatkan seorang suami yang juga sholehah.
Tapi, jika ada teman akhi yang mengatakan bahwa seorang wanita yang
sholehah belum tentu juga akan mendapatkan seorang suami yang sholehah,
itu juga saya betulkan. Selain kisah tentang Fathimah r.a, Al Quran
menggambarkan juga kisah tentang Asiyah, seorang istri sholehah yang
bersuamikan seorang raja lalim, Fir’aun. Asiyah, sudah dijamin masuk
surga karena kesholehahannya, meski hingga dia meninggal dunia, suaminya
tetap dalam keadaan kafir. Artinya, jika ingin mendapatkan seorang
istri yang sholehah, boleh-boleh saja. Tapi, jika ternyata jodoh yang
datang kemudian (dalam arti ada seorang wanita yang diberi kemudahan
oleh Allah untuk senantiasa berjodoh dengan akhi) tidak terlalu
sholehah, ya… jangan ditolak juga. Kita tidak pernah tahu dengan siapa
kita berjodoh. BIsa jadi, sesuatu yang kita tidak sukai ternyata membawa
banyak kebaikan bagi kita, dan sebaliknya, sesuatu yang kita sukai,
ternyata membawa banyak keburukan bagi kita. Yang pasti, sebagai seorang
laki-laki, akhilah yang kelak akan menjadi imam dalam keluarga akhi
kelak. Akhi punya kewajiban untuk senantiasa menjauhkan seluruh anggota
keluarga akhi dari segala godaan yang bisa menjerumuskan mereka untuk
tercebur ke dalam api neraka. Sebagai seorang pemimpin dalam keluarga,
kelak di akhirat, akhi pun akan dimintai pertanggungan jawab atas apa
yang telah akhi lakukan dalam memimpin keluarga akhi.
Lalu, tanggapan saya tentang cara untuk mendapatkan istri yang sholehah
seperti yang sering akhi lihat terdapat pada akhwat-akhwat. Hmm….. jika
memang ketika akhi dekati mereka malah menjauh, bisa jadi, ini karena
pendekatan yang akhi lakukanlah yang salah. Para akhwat, biasanya,
memiliki dua sifat yang melekat erat dalam diri mereka karena ketundukan
mereka pada hukum Allah. Pertama, mereka malu jika didatangi oleh lawan
jenis. Malu karena mereka sadar, bahwa jilbab yang mereka kenakan telah
menempatkan mereka secara tidak langsung sebagai duta Islam. Islam
adalah agama yang memerintahkan para pengikutnya untuk menjaga
kehormatan diri. Kedua, mereka juga takut jika didatangi oleh lawan
jenis. Yaitu takut akan timbulnya fitnah yang akan menimpa mereka di
masa-masa mendatang yang secara otomatis akan menjauhkan mereka dari
curahan cinta Allah. Untuk itu, cobalah akhi mengerti kondisi para
akhwat tersebut.
Untuk itu, jika akhi memang ingin mendekati mereka, coba lakukan
beberapa hal berikut ini. Pertama, cobalah ajak mereka bicara di tempat
yang tidak sepi dan tidak terpencil. Tempat yang sepi dan terpencil itu
lebih mudah mendatangkan fitnah.
Kedua, cobalah untuk berbicara tidak berdua saja dengan mereka. Ajak
teman lain untuk menemani. Dua orang yang berlainan jenis bertemu itu,
maka bisa jadi sosok yang ketiganya adalah syaithan. Artinya, jika
berbicara berdua saja, bisa muncul ide-ide yang menyesatkan kalian
berdua.
Ketiga, cobalah untuk tidak membicarakan sesuatu yang “amat tidak penting” yang justru bisa melalaikan kalian berdua.
Keempat, cobalah datangi “guru pengajian” mereka, atau datangi “sahabat”
mereka, lalu utarakan keinginan akhi yang ingin memperistri salah satu
dari mereka. Lalu, ikuti mekanisme cara kerja “perjodohan islami” yang
terselenggara.
Bagaimana? Bersedia menjalankan hal-hal di atas?
By The Way, jangan pernah merasa cukup dengan bekal ilmu untuk menjadi
seorang muslim yang taat dan calon pemimpin yang baik ya akhi. Insya
Allah, keinginan kita akan dilebihkan oleh Allah jika kita terus
memperkaya kapasitas kita sebagai seorang muslim.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita |